Jenis Pengendalian Sosial: - Dalam kehidupan masyarakat, pengendalian sosial merupakan suatu mekanisme yang sangat penting untuk menjaga keteraturan dan keharmonisan.
Pengendalian sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan jenis, yang setiapnya memiliki peran dan fungsi tersendiri dalam menjaga tatanan sosial. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara rinci tentang berbagai jenis pengendalian sosial yang ada.
6 Jenis Pengendalian Sosial Yang Perlu Kalian Ketahui
Pengendalian Sosial Formal
Pengendalian sosial formal adalah bentuk pengendalian yang diatur dan diterapkan melalui aturan resmi dan lembaga-lembaga yang memiliki wewenang dalam masyarakat. Jenis pengendalian ini biasanya disahkan oleh pemerintah atau otoritas yang berwenang. Berikut adalah beberapa contoh pengendalian sosial formal:
Hukum: Hukum adalah sistem aturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur perilaku individu dan kelompok dalam masyarakat. Pelanggaran terhadap hukum dapat mengakibatkan sanksi yang ditetapkan oleh sistem peradilan, seperti denda, penjara, atau hukuman lainnya.
Peraturan Pemerintah: Pemerintah sering kali mengeluarkan peraturan-peraturan resmi untuk mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti aturan lalu lintas, perizinan usaha, atau peraturan lingkungan. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat mengakibatkan sanksi administratif atau hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Norma-Norma Sosial: Norma-norma sosial yang diakui secara resmi oleh masyarakat juga merupakan bentuk pengendalian sosial formal. Misalnya, konstitusi negara atau deklarasi hak asasi manusia adalah bentuk norma sosial formal yang dianggap sebagai panduan dasar bagi perilaku masyarakat.
Institusi Pendidikan: Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya memainkan peran penting dalam pengendalian sosial formal dengan mengajarkan norma-norma sosial, etika, dan nilai-nilai moral kepada siswa. Mereka juga bertanggung jawab untuk menegakkan aturan-aturan sekolah dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Penegakan Hukum: Lembaga-lembaga penegakan hukum, seperti kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya, bertugas untuk menegakkan hukum dan peraturan yang ada dalam masyarakat. Mereka memiliki kewenangan untuk menangkap pelanggar hukum dan menjalankan proses hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengendalian sosial formal memberikan kerangka kerja yang jelas dan tegas dalam mengatur perilaku masyarakat. Meskipun dapat dianggap sebagai pendekatan yang lebih keras, pengendalian sosial formal diperlukan untuk menjaga ketertiban dan keadilan dalam masyarakat serta menjamin hak dan kewajiban setiap individu secara adil. Oleh karena itu, penting bagi setiap anggota masyarakat untuk mematuhi aturan-aturan yang ada dan menghormati otoritas yang bertanggung jawab dalam menjalankan pengendalian sosial formal.
Pengendalian Sosial Informal
Pengendalian sosial informal adalah bentuk pengendalian yang tidak resmi dan lebih bergantung pada norma-norma, nilai-nilai, dan kebiasaan dalam masyarakat. Ini melibatkan interaksi sosial sehari-hari antara individu-individu tanpa melalui lembaga atau aturan resmi. Berikut adalah beberapa contoh pengendalian sosial informal:
Penilaian Sosial: Individu dalam masyarakat sering kali dinilai berdasarkan perilaku dan tindakan mereka oleh orang lain. Penilaian ini dapat berupa pujian atau kritik, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam upaya untuk diterima atau dihormati oleh masyarakat.
Stigma Sosial: Stigma sosial terjadi ketika individu atau kelompok didiskriminasi atau dijauhi oleh masyarakat karena perilaku atau karakteristik tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan norma sosial. Hal ini dapat memengaruhi perilaku mereka dan mendorong mereka untuk mengubah atau menyembunyikan aspek-aspek tersebut.
Sanksi Non-Hukum: Dalam situasi di mana individu melanggar norma sosial, mereka mungkin menghadapi sanksi non-hukum seperti kehilangan reputasi, kehilangan hubungan sosial, atau pengucilan dari kelompok tertentu dalam masyarakat.
Konformitas: Tekanan sosial sering kali membuat individu untuk menyesuaikan perilaku mereka agar sesuai dengan norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Ini dapat berupa konformitas terhadap tata cara berpakaian, perilaku di tempat umum, atau aturan-aturan informal lainnya.
Persepsi dan Ekspektasi Sosial: Ekspektasi masyarakat terhadap perilaku individu dapat memengaruhi cara individu tersebut bertindak. Misalnya, harapan akan perilaku yang sopan di tempat umum dapat mendorong individu untuk bersikap santun dan memperhatikan norma-norma etika.
Pengendalian sosial informal merupakan bagian penting dari struktur sosial yang membantu menjaga keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Meskipun tidak didasarkan pada aturan resmi, pengaruhnya dalam membentuk perilaku individu dan menjaga harmoni sosial sangatlah signifikan. Oleh karena itu, memahami dan menghormati norma-norma sosial informal merupakan bagian integral dari kehidupan dalam masyarakat.
Pengendalian Sosial Primer
Pengendalian sosial primer merujuk pada bentuk pengendalian sosial yang terjadi secara langsung dalam lingkungan kecil seperti keluarga atau lingkungan sehari-hari individu. Jenis pengendalian ini memiliki dampak yang kuat dalam membentuk perilaku dan nilai-nilai individu sejak usia dini. Berikut adalah beberapa contoh pengendalian sosial primer:
Pendidikan Moral di Keluarga: Keluarga merupakan lingkungan utama di mana individu pertama kali belajar tentang norma-norma sosial, nilai-nilai moral, dan perilaku yang diharapkan dalam masyarakat. Orangtua dan anggota keluarga lainnya berperan sebagai model dan mentor yang mengajarkan etika, toleransi, dan tanggung jawab kepada anak-anak.
Pengasuhan Anak: Cara orangtua mendidik dan membesarkan anak-anak mereka memiliki dampak besar dalam membentuk karakter dan perilaku mereka. Pengasuhan yang penuh kasih, adil, dan konsisten dapat membantu mengembangkan sikap yang positif dan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial.
Interaksi Sosial di Lingkungan Sekitar: Interaksi dengan tetangga, teman sebaya, dan anggota komunitas lainnya juga memengaruhi pengendalian sosial primer. Anak-anak belajar tentang norma-norma sosial dan cara berinteraksi dengan orang lain melalui pengalaman langsung dalam lingkungan sekitar mereka.
Peran Model dalam Keluarga: Anggota keluarga yang berperan sebagai model memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku anak-anak. Ketika anak-anak melihat orangtua atau saudara yang lebih tua menunjukkan perilaku yang positif dan patuh terhadap norma sosial, mereka cenderung meniru perilaku tersebut.
Pendidikan Awal Anak: Program pendidikan prasekolah juga merupakan bentuk pengendalian sosial primer. Melalui kegiatan belajar dan interaksi dengan guru dan teman sebaya, anak-anak memperoleh pemahaman tentang aturan, keteraturan, dan norma-norma sosial dasar.
Pengendalian sosial primer memainkan peran penting dalam membentuk dasar perilaku dan nilai-nilai individu sejak usia dini. Lingkungan keluarga dan lingkungan sehari-hari memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan individu dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan komunitas untuk memberikan perhatian khusus pada pengendalian sosial primer guna membantu membentuk generasi yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat dan mampu berintegrasi secara positif dalam masyarakat.
Pengendalian Sosial Sekunder
Pengendalian sosial sekunder adalah jenis pengendalian sosial yang bersifat tidak langsung dan dilakukan oleh lembaga atau agen sosial di luar lingkungan keluarga. Bentuk pengendalian ini mencakup berbagai institusi dan organisasi yang memainkan peran penting dalam membentuk perilaku dan nilai-nilai masyarakat. Berikut adalah beberapa contoh pengendalian sosial sekunder:
Sekolah: Sekolah merupakan salah satu lembaga yang memainkan peran kunci dalam pengendalian sosial sekunder. Melalui kurikulum, aturan sekolah, dan proses pembelajaran, sekolah mengajarkan norma-norma sosial, nilai-nilai moral, dan keterampilan sosial kepada para siswa.
Tempat Kerja: Lingkungan kerja juga merupakan sumber pengendalian sosial sekunder. Perusahaan atau organisasi biasanya memiliki kode etik dan aturan perilaku yang harus diikuti oleh karyawan. Selain itu, interaksi antarkaryawan dan budaya kerja yang dibangun juga mempengaruhi perilaku dan norma sosial di tempat kerja.
Media Massa: Media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dan media sosial, memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku dan pandangan masyarakat. Melalui pemberitaan, acara televisi, atau konten online, media massa dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang norma sosial dan nilai-nilai yang dianggap penting.
Agama: Institusi keagamaan juga merupakan agen pengendalian sosial sekunder yang signifikan. Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan etika kepada para pemeluknya, serta memberikan pedoman tentang perilaku yang dianggap sesuai dengan ajaran agama tersebut.
Organisasi Masyarakat: Berbagai organisasi masyarakat, seperti klub sosial, organisasi sukarela, dan kelompok kepentingan, juga berperan dalam mengendalikan perilaku sosial sekunder. Mereka dapat memberikan arahan, memberikan sanksi sosial, atau mengatur kegiatan yang mempromosikan nilai-nilai positif dalam masyarakat.
Pengendalian sosial sekunder membantu memperkuat dan menegakkan norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat melalui berbagai lembaga dan organisasi. Dengan demikian, mereka berkontribusi secara signifikan dalam menjaga keteraturan sosial dan mempromosikan perilaku yang dianggap positif dan sesuai dengan nilai-nilai yang dihargai oleh masyarakat.
Pengendalian Sosial Positif
Pengendalian sosial positif merujuk pada upaya untuk memperkuat norma-norma sosial yang dianggap positif dalam masyarakat dengan memberikan dorongan atau penghargaan atas perilaku yang sesuai dengan norma tersebut. Berikut adalah beberapa contoh pengendalian sosial positif:
Pujian dan Penghargaan: Masyarakat memberikan pujian atau penghargaan kepada individu yang telah menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang dihargai. Misalnya, penghargaan atas prestasi akademis, keberhasilan dalam pekerjaan, atau kontribusi positif terhadap komunitas.
Reinforcement Positif: Dalam konteks psikologi perilaku, reinforcement positif digunakan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dengan memberikan hadiah atau imbalan. Contohnya adalah memberikan pujian atau insentif kepada anak yang berperilaku baik.
Modeling: Ketika individu melihat orang lain yang melakukan perilaku yang dianggap positif, mereka cenderung untuk menirunya. Oleh karena itu, perilaku positif yang ditampilkan oleh peran model dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat untuk melakukan hal yang sama.
Pendidikan dan Kesadaran: Melalui pendidikan dan kesadaran, masyarakat dapat memperkuat norma-norma sosial yang dianggap positif dengan menyebarkan informasi tentang pentingnya perilaku tersebut dan konsekuensi dari perilaku yang bertentangan dengan norma-norma tersebut.
Pemberdayaan: Memberikan kesempatan dan sumber daya kepada individu untuk berkembang dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat juga merupakan bentuk pengendalian sosial positif. Misalnya, program pelatihan keterampilan atau bantuan untuk memulai usaha.
Pengendalian sosial positif bertujuan untuk memperkuat dan memelihara keteraturan sosial dalam masyarakat dengan mempromosikan perilaku yang dianggap baik dan bermanfaat. Dengan memberikan penghargaan dan dukungan kepada individu yang menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang dihargai, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan produktif bagi semua anggotanya.
Pengendalian Sosial Negatif
Pengendalian sosial negatif merujuk pada tindakan atau sanksi yang diterapkan untuk menindak individu atau kelompok yang melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Metode ini biasanya bersifat menghukum dan bertujuan untuk mencegah terulangnya perilaku yang tidak diinginkan. Berikut ini adalah beberapa contoh pengendalian sosial negatif:
Hukuman Hukum: Ini termasuk penahanan, denda, atau hukuman lainnya yang diberikan oleh sistem peradilan untuk menindak pelanggaran hukum. Tujuannya adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan masyarakat secara umum.
Pengucilan Sosial: Individu yang melanggar norma-norma sosial tertentu dapat mengalami pengucilan sosial, di mana mereka dihindari atau diisolasi oleh masyarakat. Hal ini bisa mengakibatkan perasaan kesepian dan penolakan, mendorong individu untuk mengubah perilaku mereka agar dapat diterima kembali oleh masyarakat.
Stigma Sosial: Melabeli individu atau kelompok sebagai pelanggar norma sosial tertentu dapat menyebabkan stigma sosial yang berdampak negatif pada kehidupan mereka. Hal ini dapat mengakibatkan diskriminasi dan keterbatasan dalam kesempatan sosial atau pekerjaan.
Penghancuran Reputasi: Individu yang melanggar norma sosial dapat mengalami penurunan reputasi atau citra mereka di mata masyarakat. Hal ini dapat merusak hubungan personal dan profesional mereka serta mengganggu kehidupan sehari-hari.
Hukuman Fisik: Meskipun semakin jarang terjadi dalam masyarakat modern, hukuman fisik seperti pukulan atau hukuman tubuh lainnya masih digunakan dalam beberapa konteks untuk menindak pelanggaran tertentu. Namun, penggunaan hukuman fisik ini sering kali kontroversial dan dapat melanggar hak asasi manusia.
Pengendalian sosial negatif dapat memiliki dampak yang signifikan pada individu yang melanggar norma sosial, namun juga dapat memunculkan pertanyaan tentang keadilan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan efektivitas dan konsekuensi dari berbagai metode pengendalian sosial, serta mencari alternatif yang lebih konstruktif dalam menangani pelanggaran norma-norma sosial.
Kesmimpulan
Dengan memahami berbagai jenis pengendalian sosial yang ada, masyarakat dapat lebih efektif dalam menjaga keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan bersama.
Kombinasi antara pengendalian sosial formal dan informal, primer dan sekunder, serta positif dan negatif, membentuk dasar bagi terciptanya masyarakat yang berfungsi dengan baik dan berdaya tahan terhadap tantangan yang ada.
Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memahami peran dan fungsi dari berbagai jenis pengendalian sosial ini dalam kehidupan sehari-hari.